Samurai
Seorang samurai dengan pakaian tempur, 1860.
Samurai (侍?), atau dalam bahasa Jepang disebut bushi (武士?,
[bu͍ꜜ.ɕi̥]) or buke (武家?), adalah bangsawan militer abad pertengahan dan
awal-modern Jepang. Menurut penerjemah William Scott Wilson: "Di Cina,
karakter 侍 adalah kata yang berarti menunggu atau menemani seseorang di
jajaran masyarakat, dan ini juga sebenarnya dari istilah aslinya dalam
bahasa Jepang, saburau. Di kedua negara tersebut istilah tersebut
biasanya berarti "mereka yang melayani hadir dekat dengan kaum
bangsawan," kemudian lafal tersebut berganti menjadi saburai.
menurut Wilson, referensi awal untuk kata "samurai" muncul di Kokin
Wakashū (905-914), kekaisaran pertama antologi puisi, selesai pada
bagian pertama abad ke-10. Pada akhir abad ke-12, samurai menjadi hampir
seluruhnya identik dengan Bushi, dan kata itu terkait erat dengan
ksatria kelas menengah dan atas. Samurai mengikuti seperangkat aturan
yang kemudian dikenal sebagai Bushido. walaupun samaurai masih kurang
dari 10% dari populasi Jepang, ajaran mereka masih dapat ditemukan
hingga hari ini baik dalam kehidupan sehari - hari maupun dalam seni
bela diri modern Jepang.
Istilah yang lebih tepat adalah
bushi (武士) (
harafiah: "orang bersenjata") yang digunakan semasa
zaman Edo. Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari kalangan bangsawan, dan bukan contohnya,
ashigaru atau tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak terikat dengan klan atau bekerja untuk majikan (
daimyo) disebut
ronin (harafiah: "orang ombak"). Samurai yang bertugas di wilayah
han disebut
hanshi.
Samurai harus sopan dan terpelajar, dan semasa
Keshogunan Tokugawa
berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada akhir era
Tokugawa, samurai secara umumnya adalah kakitangan umum bagi daimyo,
dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi
Meiji
pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda dan
digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat. Bagaimanapun
juga, sifat samurai yang ketat yang dikenal sebagai
bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain.
Etimologi
Perkataan
samurai berasal pada sebelum
zaman Heian di
Jepang di mana bila seseorang disebut sebagai
saburai, itu berarti dia adalah seorang suruhan atau pengikut. Hanya pada awal zaman modern, khususnya pada
era Azuchi-Momoyama dan awal periode/era Edo pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 perkataan
saburai bertukar diganti dengan perkataan
samurai. Bagaimanapun, pada masa itu, artinya telah lama berubah.
Pada era pemerintahan samurai, istilah awal
yumitori
(“pemanah”) juga digunakan sebagai gelar kehormat bagi sejumlah kecil
panglima perang, walaupun pemain pedang telah menjadi lebih penting.
Pemanah Jepang (
kyujutsu), masih berkaitan erat dengan dewa perang
Hachiman.
Berikut adalah beberapa istilah lain samurai.
- Buke (武家) – Ahli bela diri
- Kabukimono - Perkataan dari kabuku atau condong, ia merujuk kepada gaya samurai berwarna-warni.
- Mononofu (もののふ) - Istilah silam yang berarti panglima.
- Musha (武者) - Bentuk ringkasan Bugeisha (武芸者), harafiah. pakar bela diri.
- Si (士) - Huruf kanji pengganti samurai.
- Tsuwamono (兵) - Istilah silam bagi tentara yang ditonjolkan oleh Matsuo Basho dalam haiku terkemukanya. Arti harafiahnya adalah orang kuat.
Senjata
Samurai menggunakan beberapa macam jenis
senjata, tetapi
katana adalah
senjata yang identik dengan keberadaan mereka, Dalam
Bushido diajarkan bahwa
katana adalah roh dari samurai dan kadang-kadang digambarkan bahwa seorang samurai sangat tergantung pada
katana dalam pertempuran. Mereka percaya bahwa
katana sangat penting dalam memberi kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk
katana tidak dikenal sampai massa
Kamakura (1185–1333), sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal sebagai
tachi dan
uchigatana, Dan
katana sendiri bukan menjadi senjata utama sampai massa
Edo.
Apabila seorang anak mancapai usia tiga belas tahun, ada upacara yang dikenali sebagai
Genpuku. Anak laki-laki yang menjalani genpuku mendapat sebuah
wakizashi dan nama dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan dia diberi hak untuk mengenal
katana walaupun biasanya diikat dengan benang untuk menghindari
katana terhunus dengan tidak sengaja. Pasangan
katana dan
wakizashi dikenali sebagai
Daisho, yang berarti besar dan kecil.
Senjata samurai yang lain adalah
yumi atau
busur komposit dan dipakai selama beberapa abad sampai masa masuknya
senapan pada abad ke-16.
Busur komposit
model Jepang adalah senjata yang bagus. Bentuknya memungkinkan untuk
digunakan berbagai jenis anak panah, seperti panah berapi dan panah
isyarat yang dapat menjangkau sasaran pada jarak lebih dari 100
meter, bahkan bisa lebih dari 200
meter bila ketepatan tidak lagi diperhitungkan, Senjata ini biasanya digunakan dengan cara berdiri di belakang
Tedate
(手盾) yaitu perisai kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan dengan
menunggang kuda. Latihan memanah di belakang kuda menjadi adat istiadat
Shinto,
Yabusame (流鏑馬). Dalam pertempuran melawan penjajah Mongol,
busur komposit menjadi senjata penentu kemenangan, Pasukan Mongol dan Cina pada waktu itu memakai
busur komposit dengan ukuran yang lebih kecil, apalagi dengan keterbatasannya dalam pemakaian pasukan berkuda.