Quisque sed felis
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...
Etiam augue pede, molestie eget.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...
Yang kami rasakan, mencari orang
yang jujur saat ini begitu susah. Sampai orang yang rajin shalat dan jidadnya
ireng-pun (berjidad hitam), hanya lahiriyah saja terlihat baik, namun tidak
sedikit yang berperilaku jelek dan tidak jujur. Bahkan kami saksikan sendiri
beberapa yang mengaku sebagai pengusaha muslim tidak jujur dalam mengemban
amanat seperti dalam akad mudhorobah. Ada yang diberi modal untuk menjalankan
usaha, malah modalnya digunakan untuk membangun rumah. Ini tanda tidak amanat
dan bentuk khianat.
Ada satu cerita yang kami saksikan
di desa kami.
Seorang takmir masjid yang kalau
secara lahiriyah nampak alim, juga rajin menghidupkan masjid. Namun belangnya
suatu saat ketahuan. Ketika warga miskin mendapat jatah zakat dan disalurkan
lewat dirinya, memang betul amplop zakat sampai ke tangan si miskin. Tetapi di
balik itu setelah penyerahan, ia berkata pada warga, “Amplopnya silakan buka di
rumah (isinya 100.000 per amplop). Namun kembalikan untuk saya 20.000.” Artinya,
setiap amplop yang diserahkan asalnya 100.000, namun dipotong sehingga tiap
orang hanya mendapatkan zakat 80.000. Padahal dari segi penampilan tidak ada
yang menyangka dia adalah orang yang suka korupsi seperti itu. Tetapi
syukurlah, Allah menampakkan belangnya sehingga kita jadi tahu tidak selamanya
orang yang mengurus masjid itu termasuk orang-orang yang jujur.
Perintah untuk Berlaku Jujur
Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala
telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ
الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman
bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.”
(QS. At Taubah: 119).
Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
فَلَوْ
صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
“Tetapi jikalau mereka berlaku
jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS.
Muhammad: 21)
Dalam hadits dari sahabat ‘Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya
sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى
الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى
الْجَنَّةِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى
الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى
النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa
berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa
berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah
sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena
sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan
mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk
berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim
no. 2607)
Begitu pula dalam hadits dari Al
Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَعْ
مَا
يَرِيبُكَ إِلَى
مَا
لاَ
يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah yang meragukanmu
pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa,
sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi no. 2518
dan Ahmad 1/200, hasan shahih).
Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu
kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan,
sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.
Basyr Al Haafi berkata,
من
عامل
الله
بالصدق، استوحش
من
الناس
“Barangsiapa yang berinteraksi
dengan Allah dengan penuh kejujuran, maka manusia akan menjauhinya.”
(Mukhtashor Minhajil Qoshidin, 351). Karena memang jujur itu begitu asing saat
ini, sehingga orang yang jujur dianggap aneh.
Kunci utama agar kita menjaga amanat
ketika dititipi uang misalnya, sehingga tidak dikorupsi atau dikurangi adalah
dengan memahami takdir ilahi. Ingatlah bahwa setiap orang telah ditetapkan
rizkinya. Allah tetapkan rizki tersebut dengan adil, ada yang kaya dan ada yang
miskin. Allah tetapkan ada yang berkelebihan harta dari lainnya, itu semua
dengan kehendak Allah karena Dia tahu manakah yang terbaik untuk hamba-Nya.
Sehingga kita hendaklah mensyukuri apa yang Allah beri walaupun itu sedikit.
اللهُ
لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ
يَشَاءُ وَهُوَ
القَوِيُّ العَزِيزُ
“Allah Maha lembut terhadap
hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang
Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَوْ
بَسَطَ
اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي
الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا
يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan
rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi,
tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya
Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy
Syuraa: 27) Ibnu Katsir rahimahullah lantas
menjelaskan,“Seandainya Allah memberi hamba tersebut rizki lebih dari yang
mereka butuh , tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu dan
lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
12/278)
Jika setiap orang memahami hal di
atas, maka sungguh ia tidak akan korupsi, tidak akan menipu dan lari dari
amanat. Realita yang kami saksikan sendiri menunjukkan bahwa mencari orang yang
jujur itu amat sulit di zaman ini. Kita butuh menyeleksi dengan baik jika
memberi amanat pada orang lain. Hanya dengan modal iman dan takwa-lah serta
merasa takut pada Allah, kita bisa memiliki sifat jujur dan amanat.
Moga Allah Memberi Akhlak Mulia
اللَّهُمَّ إِنِّى
أَعُوذُ بِكَ
مِنْ
مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
“Allahumma inni a’udzu bika min
munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ [Ya Allah, aku berlindung
kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].” (HR. Tirmidzi no.
3591, shahih)
Wallahu waliyyut taufiq.
Diselesaikan di Warak, Desa
Girisekar, Panggang-Gunung Kidul setelah shalat Shubuh
22 Sya’ban 1432 H, 24/07/2011
—